Minggu, 29 Mei 2016

Penjelasan Antibiotik Penghambat Sintesis Asam Nukleat



     
      


Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Antibiotik dapat diklasifikasikan berdasarkan spectrum atau kisaran kerja, mekanisme aksi, strain penghasil, cara biosintesis maupun berdasarkan struktur biokimianya. Berdasarkan spektrum atau kisaran kerjanya antibiotik dapat dibedakan menjadi antibiotik berspektrum sempit (narrow spectrum) dan antibiotik berspektrum luas (broad spectrum). Antibiotik berspektrum sempit hanya mampu menghambat segolongan jenis bakteri saja, contohnya hanya mampu menghambat atau membunuh bakteri gram negative saja atau gram positif saja. Sedangkan antibiotik berspektrum luas dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan gram positif maupun gram negatif. 

Berdasarkan mekanisme aksinya, antibiotik dibedakan menjadi lima :

1. Antibiotik dengan mekanisme penghambatan sintesis dinding sel 

2. Perusakan membran plasma

3. Penghambatan sintesis protein

4. Penghambatan sintesis asam nukleat 

5. Penghambatan sintesis metabolit esensial.

Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Secara profilaktis juga diberikan pada pasien dengan sendi dan klep jantung buatan, juga sebelum cabut gigi. Penghambatan pada sintesis asam nukleat berupa penghambatan terhadap transkripsi replikasi mikroorganisme. Yang termasuk antibiotik penghambat sintesis asam nukleat ini adalah antibiotik golongan kuinolon dan rifampin atau rifampisin.

Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat (DNA/RNA)

a. Kuinolon

Kuinolon, merupakan bakterisida karena menghambat lepasnya untai DNA yang terbuka pada proses superkoil dengan menghambat DNA girase (enzim yang menekan DNA bakteri menjadi superkoil). Untuk memasukkan DNA untai ganda yang panjang kedalam sel bakteri, DNA diatur dalam loop (DNA terrelaksasi) yang kemudian diperpendek oleh proses superkoil. Sel eukariotik tidak mengandung DNA girase. Sifat penting dari Kuinolon adalah penetrasinya yang baik ke dalam jaringan dan sel (bandingkan dengan Penisilin), efektivitasnya bila diberikan secara oral, dan toksisitasnya relatif rendah.

Pada saat perkembang biakkan kuman ada yang namanya replikasi dan transkripsi dimana terjadi pemisahan double helix dari DNA kuman menjadi 2 utas DNA. Pemisahan ini akan selalu menyebabkan puntiran berlebihan pada double helix DNA sebelum titik pisah. Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman dengan bantuan enzim DNA girase. Peranan antibiotika golongan Kuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati.

- Efek Samping dan Interaksi Obat

Golongan antibiotika Kuinolon umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Efek sampingnya yang terpenting ialah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat. Manifestasi pada saluran cerna,terutama berupa mual dan hilang nafsu makan, merupakan efek samping yang paling sering dijumpai. Efek samping pada susunan syaraf pusat umumnya bersifat ringan berupa sakit kepala, vertigo, dan insomnia. Efek samping yang lebih berat dari Kuinolon seperti psikotik, halusinasi, depresi dan kejang jarang terjadi. Penderita berusia lanjut, khususnya dengan arteriosklerosis atau epilepsi, lebih cenderung mengalami efek samping ini. Enoksasin menghambat metabolisme Teofilin dan dapat menyebabkan peningkatan kadar Teofilin. Siprofloksasin dan beberapa Kuinolon lainnya juga memperlihatkan efek ini walaupun tidak begitu dramatis.

- Penggunaan Klinik

a. Infeksi saluran kemih Seperti Prostatitis, Uretritis, Servisitis dan Pielonfritis.

b. Infeksi saluran cerna Seperti demam Tifoid dan Paratifoid

c. Infeksi saluran nafas bawah Seperti Bronkitis, Pneumonia, Sinusitis Penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin Gonore



- Contoh obat golongan kuinolon : 

1) Asam Nalidiksat

Asam Nalidiksat adalah kuinolon pertama yang ditemukan memiliki aktivitas antibakteri, tapi Asam Nalidiksat tidak mencapai kadar antibakteri sistemik dan sampai saat ini hanya digunakan pada infeksi saluran kemih.

b. Fluorokuinolon

- Mekanisme kerja

Menghambat replikasi DNA bakteri dengan cara mengaggu kerja topoisomerase II selama pertumbuhan dan reproduksi bakteri

- Spektrum antimikroba

Semua fluorokuinolon bersifat bakterisidal. Secara umum, efektif terhadap organisme-organisme gram negatif. Walaupun aktif tehadap beberapa organisme gram positif, fluorokuinolon tidak boleh dipakai dalam pengobatan infeksi-infeksi pneumokokus atau enterokokus. Fluorokuinolon menurunkan insidens infeksi saluran kemih postoperatif.



- Contoh obat fluorokuinolon

1. Siprofloksasin : obat ini adalah fluorokuinolon yang paling poten dan mempunyai spektrum antibakteri yang sama seperti norfloksasin. Siprofloksasin berguna dalam pengobatan infeksi pseudomonas pada fibrosis kistik. Siprofloksasin bisa bekerja sinergistik bersama obat-obat β-laktam.

2. Norfloksasin : obat ini efektif terhadap organisme-organisme gram negatif dan gram positif pada pengobatan infeksi saluran kemih dan prostatitis, tetapi tidak efektif pada infeksi sistemik

3. Ofloksasin : seperti norfloksasin, ofloksasin terutama digunakan dalam pengobatan prostatitis yang disebabkan oleh E.coli dan penyakit-penyakit hubungan seksual kecuali siflilis. Ofloksasin bisa digunakan sebagai terapi alternatif pada penderita gonorea.

4. Lomefloksasin : berguna dalam pengobatan infeksi saluran cerna kemih dan bronkitis. Lomefloksasin tidak efektif terhadap bakteremia pseudomonas

- Resistensi 

1. Target yang berubah : Modifikasi pada DNA-girase, khususnya pada asam amino N-terminus subunit A, telah menyebabkan penurunan afinitas terhadap fluorokuinolon. Subunit B girase jarang mengalami mutasi

2. Akumulasi yang berkurang : konsentrasi obat yang berkurang dalam sel bakteri berkaitan dengan dua mekanisme. Satu melibatkan suatu pengurangan jumlah porin protein di membran luar sel resisten, sehingga mengganggu masuknya obat ke dalam girase intrasel. Mekanisme lainnya berhubungan dengan mekanisme efluks di dalam membran sitoplasmik 

- Farmakokinetik

1. Absorpsi : minum obat fluorokuinolon bersamaan dengan sukralfat, antasid-antasid yang mengandung aluminium atau magnesium atau makanan tambahan yang mengandung besi atau seng dapat mengganggu absorpsi obat-obat anti bakteri

2. Distribusi : Semua fluorokuinolon berdistribusi baik ke dalam semua cairan jaringan tubuh. Kadarnya tinggi dalam tulan, urine, ginjal, dan jaringan prostat (tetapi tidak di cairan prostat). Fluorokuinolon berakumulasi dalam makrofag dan leukosit polimorfonuklear, sehingga efektif terhadap organisme intrasel.

3. Metabolisme : obat-obat ini sebagian dimetabolisme menjadi senyawa – senyawa yang kurang aktivitas antimikrobanya

4. Ekskresi : obat asli dan metabolitnya diekskresikan ke dalam urine dan terjadi konsentrasi tinggi di sini. Ini adalah jalan ekskresi utama untuk ofloksasin. Gagal ginjal memperpanjang waktu paruh dari masing-masing obat. Fluorokuinolon lainnya mengalami bersihan di hepar dan ginjal. Waktu paruh fluorokuinolon berkisar 3-5 jam kecuali lomefloksasin yang mempunyai waktu paruh 8 jam.





b. Rifampisin

Rifampisin merupakan obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Rifampicin sering dipakai untuk pengobatan tuberculosis (TBC). Obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah infeksi setelah berkontak dengan seseorang yang sedang menderita infeksi serius. Obat ini hanya diberikan dengan resep dokter. Infeksi jaringan lunak dan tulang. Seperti Osteomielitis. Untuk infeksi pasca bedah oleh kuman enterokokus Ps. aeroginosa atau stafilokokus yang resisten terhadap Beta Laktam atau Aminoglikosid. 




- Mekanisme kerja Rifampisin

Rifampisin bekerja dengan membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi. Cara kerja obat ini yaitu dengan menonaktifkan enzim bakteri yang disebut RNA polimerase. Bakteri menggunakan RNA polimerase untuk membuat protein dan untuk menyalin informasi genetik (DNA) mereka sendiri. Tanpa enzim ini bakteri tidak dapat berkembang biak dan bakteri akan mati. Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid. Mekanisme kerja, Berdasarkan perintangan spesifik dari suatu enzim bakteri Ribose Nukleotida Acid (RNA)-polimerase sehingga sintesis RNA terganggu. 




- Interaksi Obat

Interaksi obat ini adalah mempercepat metabolisme metadon, absorpsi dikurangi oleh antasida, mempercepat metabolisme, menurunkan kadar plasma dari dizopiramid, meksiletin, propanon dan kinidin, mempercepat metabolisme kloramfenikol, nikumalon, warfarin, estrogen, teofilin, tiroksin, anti depresan trisiklik, antidiabetik (mengurangi khasiat klorpropamid, tolbutamid, sulfonil urea), fenitoin, dapson, flokonazol, itrakonazol, ketokonazol, terbinafin, haloperidol, indinafir, diazepam, atofakuon, betabloker(propanolol),diltiazem, nifedipin, verapamil, siklosprosin, mengurangi khasiat glukosida jantung, mengurangi efek kostikosteroid, flufastatin.

Rifampisin adalah suatu enzyme inducer yang kuat untuk cytochrome P-450 isoenzymes, mengakibatkan turunnya konsentrasi serum obat-obatan yang dimetabolisme oleh isoenzyme tersebut. Obat obat tersebut mungkin perlu ditingkatkan selama pengobatan TB, dan diturunkan kembali 2 minggu setelah Rifampisin dihentikan. Obat-obatan yang berinteraksi: diantaranya : protease inhibitor, antibiotika makrolid, levotiroksin, noretindron, warfarin, siklosporin, fenitoin, verapamil, diltiazem, digoxin, nortriptilin, alprazolam, diazepam, midazolam, triazolam dan beberapa obat lainnya.




- Efek Samping 



Pada Saluran cerna ; rasa panas pada perut, sakit epigastrik, mual, muntah, anoreksia, kembung, kejang perut, diare, SSP: letih rasa kantuk, sakit kepala, ataksia, bingung, pening, tak mampu berfikir, baal umum, nyeri pada anggota, otot kendor, gangguan penglihatan, ketulian frekuensi rendah sementara ( jarang). Hipersensitifitas: demam, pruritis, urtikaria, erupsi kulit, sariawan mulut dan lidah, eosinofilia, hemolisis, hemoglobinuria, hematuria, insufiensi ginjal, gagal ginjal akut( reversibel). Hematologi: trombositopenia, leukopenia transien, anemia, termasuk anemia hemolisis. Intoksikasi lain: Hemoptisis, proteinurea rantai rendah, gangguan menstruasi, sindrom hematoreal.




Sumber : https://www.academia.edu/8766016/174911476-Makalah-Farmakologi

Share this

Comments
0 Comments