Senin, 23 Mei 2016

Anda tau apa itu apoteker?


Anda tau apa itu apoteker?

Siapa dia?

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.

Bagaimana Cara memanggilnya?

Pot? Tek? Ker? Potek? Apoteker biasa dalam sehari-hari dipanggil Bu, Pak, Mas, Mba, disesuaikan dengan daerah masing-masing. Kadang masyarakat ikut memanggil apoteker dengan sebutan dok, atau sus. Duh, tapi tenang, nggak perlu marah atau tersinggung, tinggal jelaskan kepada masyarakat, siapa kita sebenarnya. Untuk kondisi tertentu, apoteker bisa dipanggil seperti contoh; Apoteker Nurul Falah, Apoteker Keri Lestari, Apoteker Nostradasmus (penasaran siapa?), dan apoteker lainnya.

Bagaimana sosoknya?

Menggunakan seragam (jas) profesi berupa jas berwarna putih tulang dan label nama yang melekat di bagian kiri atas (keputusan Ikatan Apoteker Indonesia 2014).

Atau?

Menggunakan seragam yang telah disepakati bagi apoteker yang bekerja di apotek rumah sakit atau di Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

Apa yang dia lakukan?

Melakukan praktik kefarmasian, dari hulu ke hilir! Seperti; Praktik Kefarmasian yang meliputi pembuatan, pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sedangkan untuk lebih rincinya, Pelayanan Kefarmasian adalah bentuk pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Peraturan Pemerintah No 51 tahun 2009, tentang Pekerjaan Kefarmasian).

Kilas Sejarah Profesi Apoteker?

Bowl of hygieia atau yang lebih dikenal dengan cawan/mangkuk dan ular adalah lambang farmasi yang sudah digunakan sejak tahun 1796. Kita sering menjumpai lambang tersebut menjadi logo dari apotek ataupun toko obat diberbagai penjuru dunia. Sudahkah kamu tahu arti lambang tersebut?

Lambang ini berasal dari kisah kuno yunani; mangkuk milik dewi kesehatan (hygieia) yang digambarkan selalu membawa mangkuk dengan seekor ular di badannya. Hal tersebut dipercayai memiliki makna keseimbangan alam di muka bumi. Simbol ular berarti pasien dapat memilih apakah ingin mengobati dirinya sendiri atau tidak (ingin mengambil obat yang ada di mangkuk atau tidak), sedangkan ular melilit pada badan dewi menggambarkan kebijaksanaan dan kesembuhan.

Kisah sejarahnya dimulai dari zaman pra sejarah, zaman Babylonia-Assyria, zaman Mesir kuno, zaman Yunani kuno dan zaman abad pertengahan. Dahulu kala farmasi masih menjadi anak ilmu dari kedokteran, hingga akhirnya tahun 1240, Raja Jerman Frederick II memisahkan secara resmi ilmu farmasi dari kedokteran dalam dekritnya, Two Silices.

Namun di Indonesia, sejarah kefarmasian dibagi menjadi beberapa periode. Setelah kemerdekaan kita mengenal Perguruan Tinggi Farmasi di Klaten (kemudian menjadi Fakultas Farmasi UGM) yang diresmikan tahun 1946, kemudian setahun selanjutnya di Bandung (kemudian menjadi Sekolah Farmasi ITB).

Ditengah perkembangan kefarmasian Indonesia, pada tahun 1955, sebagai hasil dari muktamar pertama, lahir-lah organisasi Ikatan Apoteker Indonesia. Dan di tahun itu pula, di Kaliurang Yogyakarta lahir MAFARSI (Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia). Dua tahun kemudian, perkembangan lain dalam dunia kefarmasian adalah berdirinya Farmasi UNPAD.

Dilihat dari sisi sejarah pendidikan farmasi dunia, awalnya farmasi masih masuk ke dalam bidang MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) sehingga lulusannya disebut sarjana Sains. Hal ini disebabkan karena Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia (1997) dalam “informasi jabatan untuk standar kompetensi kerja” menyebutkan bahwa kompetensi kerja farmasi adalah sebagai ahli teknik kimia farmasi. Saat itu farmasi masih sebatas tenaga kerja dengan konsentrasi farmasi industri dan kimia. Kemudian farmasi Indonesia terus berkembang, hingga pada tahun 2000-an Indonesia mulai mengembangkan pelayanan farmasi klinik. Perkembangan ini disebut lambat jika dibandingkan dengan negara lain. Hal ini disebabkan oleh kurang didukung oleh tenaga kesehatan di rumah sakit. Namun saat ini, studi farmasi klinik dibutuhkan dengan adanya paradigma baru tentang layanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien. Hal ini berdampak pada perubahan kurikulum pendidikan farmasi di hampir semua negara termasuk Indonesia, untuk menyesuaikan dengan kebutuhan akan kompetensi tersebut.

Dimana mereka berperan dan bekerja?

1. Produksi (industri farmasi)
2. Distribusi/penyaluran (Pedangang Besar Farmasi, penyalur kesehatan, instalasi sediaan farmasi dan alkes pemerintah).
3. Pelayaan kefarmasian (apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktik bersama).

Apa yang mereka tahu dan kuasai? Apa yang bisa kamu tanyakan pada apoteker?

1. Serba-serbi perihal resep obat yang kamu terima dari dokter.
2. Apoteker mampu menganalisis riwayat pengobatanmu.
3. Ketepatan penggunaan obat dan rekomendasinya.
4. Serba serbi informasi obat

Apa saja contohnya??
Bagaimana efek kerja obat dalam tubuh kita?
Seperti apa efek bahaya dan efek racun dari obat yang kita konsumsi terhadap tubuh?
Bagaimana aturan penggunaan obat kita? Kapan waktu terbaik mengonsumsi obat?
Kapan obat mulai kerja dan durasi kerja dari obat?
Bagaimana dosis maupun jadwal penggunaan obat serta rekomendasi dosisnya?
Apa saja efek samping dan reaksi merugikan dari obat yang kita konsumsi?
Apa saja interaksi obat dan Kontraindikasi dari obat kita?
Berapa harga obat tersebut?
Bagaimana jika kamu keracunan obat? Apa yang harus dilakukan?
Bagaimana jika terdapat kesalahan dalam jadwal minum obat?

5. Tanyakan seluruh permasalahan obatmu! Jangan takut bertanya pada apoteker!

Obat? Apoteker ahlinya!

Nadiya Nurul Afifah

Disupervisi oleh Apoteker Rano Kurnia Sinuraya

sumber ; www.haloapoteker.id 

Share this

Comments
0 Comments