Senin, 23 Mei 2016

Dilema Jas Apoteker




Eksistensi, optimalisasi pelayanan, pengenalan kepada masyarakat? Atau sekedar ikut-ikutan berseragam agar tampil lebih keren?

Keputusan IAI mengenai pemasangan papan praktek dan pemakaian jas praktek apoteker menjadi sebuah isu yang menarik untuk diperbincangkan. Keputusan tersebut diambil saat rapat kerja nasional IAI pertama, periode kepengurusan 2014-2018.

Warna yang ditentukan oleh IAI untuk jas apoteker adalah putih gading. Namun pada kenyataannya, hari ini masih banyak apoteker yang berjas putih, sama- atau sulit dibedakan dengan profesi kesehatan lainnya. Yang membantu membedakannya adalah label nama apoteker di bagian kiri atas jas. Fenomena ini memiliki beberapa dampak, salah satunya adalah masyarakat yang justru menjadi bingung, belum bisa membedakan atau (mungkin) cenderung belum peduli siapa profesi kesehatan yang sedang berhadapan dengannya. Tapi apakah itu penting?

Perlahan, apoteker mulai menggunakan (atau mengganti) jas putih apoteker dengan warna yang ditetapkan oleh IAI. Namun tak banyak juga apoteker yang bekerja terutama di rumah sakit (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) atau di apotek justru mengaku tidak nyaman menggunakan jas tersebut. Kata mereka, “nggak mau pakai ah, suka jadi dipanggil dok sama pasien”, “nggak ah, itumah ikut-ikutan profesi lain aja” dan beberapa tutur lainnya. Tampaknya, dibalik jas putih (tulang) itu ada banyak persepsi dan opini.

Patut dipertanyakan, apakah tujuan jas praktek apoteker hanya sekedar untuk eksistensi profesi? Ikut-ikutan profesi lain? Atau ada yang lebih penting dibalik jas putih tersebut?

Inilah Jas Putih

Pakaian adalah satu perangkat pelindung, indentitas, pemersatu, dan penunjuk status bagi pemakai (Triad Books, 1978). Terdapat fakta menarik mengenai penggunaan pakaian dan pengaruhnya kepada proses psikologis manusia. Istilah enclothed cognition dalam penelitian Hajo dan Galinsky (Journal of Experimental Social Psychology) menunjukkan bahwa apa yang kita kenakan tidak hanya berdampak bagi orang lain, tapi juga pada diri sendiri. Persepsi orang lain ketika melihat seseorang memakai jas laboratorium misalnya, adalah seseorang yang memiliki tingkat intelektualitas tinggi, dan memiliki perhatian serta konsentrasi tinggi, membuat pengguna jas tersebut terstimulus untuk meningkatkan perhatian secara selektif dibanding tidak menggunakan jas laboratorium. Bagaimana dengan jas putih?

Pemakaian jas putih di dunia umumnya digunakan tenaga medis sebagai simbol clinical service and care. Pada awalnya jas putih digunakan oleh dokter bedah pada akhir abad 19 Masehi sebagai metode baru aseptik (karena kotor akan terlihat jelas pada warna putih). Lalu pada tahun 1950-an apoteker mulai menggunakan jas tersebut. Penggunaan jas tersebut di klaim membantu pasien untuk mengidentifikasi tenaga medis profesional, alasan kebersihan, dan memberi dampak peningkatan wibawa pada pemakainya.

Sebagai tambahan informasi, banyak fakultas farmasi di universitas USA dan beberapa negara lainnya yang secara rutin menggelar “white coat ceremony” sebagai penyambutan mahasiswa baru. Para alumni menggunakan jas putih apoteker untuk memberi semangat pelayanan kesehatan klinis.

Jadi? Apakah yang utama dari makna Jas Praktek Apoteker?

Tujuan pemakaian jas praktek apoteker ialah penyadaran masyarakat atas peran profesional apoteker dan berakhir pada harapan peningkatan kualitas pelayanan untuk masyarakat. Masyarakat mengakui peran apoteker, dan apoteker dituntut menjawab pengakuan tersebut. Hal tersebut dipaparkan langsung oleh Ketua Umum Pusat Pengurus IAI, Apoteker Nurul Falah.

Perihal kemiripan dengan profesi lain bukanlah hal yang utama, karena sebagai pelayanan kesehatan, yang harus menjadi fokus perhatian dan tujuan utamanya adalah pelayanan yang maksimal dan terbaik untuk mereka. Apapun pilihan warna dan bentuk seragamnya, kembalikan pada tujuan awal profesi kita.



“If you have an organisation that issues a uniform, depending on their feelings for the uniform, it can affect how staff perform.”- Mr. Sprakes, manager of company that supplies uniform for NHS (National Health Service).


sumber : www.haloapoteker.id 

Share this

Comments
0 Comments